Rabu, 06 Januari 2010

Ini Nih.. Tandingannya Gurita Cikeas ^^



Hari ini, tanggal 6 Januari 2010 buku Hanya Fitnah dan Cari Sensasi, George Revisi Buku karya Setiyardi Negara launching di Hotel Cemara, Menteng, Jakarta Pusat. Buku setebal 31 halaman ini dibagikan sebanyak 200 ekslemplar gratis untuk pengunjung. Dan seperti yang dilansir okezone.com yang menghadiri hanya kalangan wartawan dan masyarakat umum biasa. Tak nampak poitisi hadir disana. Bahkan George pun menolak hadir. Dengan alasan cooling down. Wah...
Walaupun penulisnya mengatakan buku ini bukan hasil serius karena dibuat hanya dalam dua hari, tapi isinya cukup kuat mematahkan berbagai argumen dari George di Gurita Cikeas. Saya dapat bocoran mengenai point penting dalam buku tandingan ini. Mulai dari logika George yang sim salabim. Kata orang Jawa “ujug-ujug”. Hihihi...

Coba kita cek...

Halaman 14-15

“... sebelum Bank Century diambil alih oleh LPS, Boedi Sampurna, seorang cucu pendiri Pabrik Rokok PT HM Sampoerna, Lim Seng Thee, masih memiliki simpanan sebesar Rp1.895 miliar di bulan November 2008. Sedangkan simpanan Hartati Moerdaya sekitar Rp321 miliar. Keduanya sama-sama penyumbang logistik SBY dalam Pemilu lalu..”
Setiyardi menulis, darimana George tahu tentang uang simpanan Boedi Sampoerna dan Hartati Moerdaya di Bank Century? Tak jelas asal sumbernya. Dan seingat saya, Hartati Murdaya sudah mengklarifikasi tudingan atas dirinya yang disebut menyimpan dana Century.

Pada halaman 23

“Dwi Mingguan Explo dapat dijadikan indikator, sikap Partai Demokrat - dan barangkali juga, Ketua Dewan Pembinanya - terhadap Kebijakan Negara di Bidang ESDM. Misalnya, dalam pendirian pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN), yang nampaknya sangat dianjurkan oleh Redaksi Explo (c.q tulisan sdr. Noor Cholis ttg PLTN Muria)..."

Kata Setiyardi, tulisan ini jelas menggambarkan interpretasi sepihak dari penulis. Jika George bertindak cermat dalam menelaah referensi yang digunakan, tentu persepsinya tidak akan seperti itu.

Faktanya, tulisan Noor Cholis, alumnus Universitas Gajah Mada di Majalah Dwi Mingguan Explo merupakan paparan penelitiannya. Jadi tulisan itu bukanlah sikap dari Partai Demokrat. Apalagi jika dikaitkan sebagai sikap dari Presiden SBY, seperti yang tersirat dari interpretasi penulis. Sangat jauh panggang dari api.

Yang menarik adalah kritik Setiyardi terkait posisi Ibu Negara Ani Yudhoyono dalam promosi Batik Allure pada halaman 56-57, di mana George menulis:

“... Adanya potensi konflik kepentingan antara Ny Ani Yudhoyono sebagai pembina yayasan itu, dan perusahaan batik baru yang telah mengorbitkan anak dan cucunya sebagai ikon, belum banyak disorot orang...”

Di sini, Setiyardi menyindir tajam seniornya di Majalah Tempo itu dengan mencatat:
Pernyataan ini sepenuhnya merupakan spekulasi si penulis belaka. Tidak ada sumber referensi yang akurat sebagai pendukung pernyataan tersebut, karena itu harus dikesampingkan.

Publik tahu, Allure Batik memulai suksesnya berawal dari sebuah garasi di Kawasan Simpruk, Jakarta. Modal awalnya Rp100 juta. Untuk sukses, pengusaha harus punya komitmen dan pantang putus asa. Satu lagi yang terpenting, positive thinking. Begitu Ade Kartika, Wakil Direktur sekaligus co-owner Allure Batik bercerita. Sementara nama Allure dipilih langsung oleh Lisa Mihardja yang diambil dari bahasa Prancis.

(okezone.com)

Namun kesamaan dari kedua buku ini adalah sama-sama menggunakan data sekunder. Yaitu kliping media. Prolognya pun sama menggunakan kutipan. Jika Gurita Cikeas mengutip pidato Presiden SBY saat memberi penjelasan tentang ketegangan KPK dan Polri, buku Setiyardi mengutip pendapat Metro TV yang melansir pemberitaan tentang launching buku George di Yogyakarta yang dianggap mencari sensasi.
Selain karena kedua penulis merupakan mantan wartawan Tempo, saya rasa memang buku ini sama sama memanfaatkan situasi politik untuk sensasi dan popularitas buku. Jika Gurita Cikeas terbit karena mengejar event Century, buku ini keluar ya karena polemik Gurita Cikeas. Kedua buku ini seperti menggunakan jurus yang sama. Yaitu main kutip sana sini lalu membangun opini. Link untuk download buku ini menyusul yah? Masih saya cari. ^^,
Lebih dari itu semua, saya berharap dengan adanya buku yang menjadi referensi lain atas Gurita Cikeas ini mampu memberikan wawasan baru bagi masyarakat Indonesia dalam menyikapi lebih bijak kasus yang ada. In the right track also. ^-^

7 komentar:

  1. PertamaX kah???
    sepertinya para penulis sekarang begitu pintar memanfaatkan situasi pasar, hingga ada penulis yang cma 2 hari ngarang 1 buku dan mempunyai nilai jual, salut.. bagi saya terserah penulis mo nulis apa asal jangan tulisan yang cuma merusak pemikiran apa lagi sampei merusak moral pembacanya. kasih yang tulisan yang baik yang kira2 bisa menambah pemikiran masyarakat jadi mereka pun lebih bijak dalam menghadapi masalah pribadi n bangsa ini hehehe

    sebenarnya klo kita mau lebih teliti sebenarnya kebanyakan masyarakat terutama kalangan bawah ga terlalu perduli dengan segala urusan tetek bengek politik dan pemerintahan saat ini, bagi mereka adalah apa yang akan mereka makan esok hari. dan perkembangan saat ini kasus century makin dpolitisi, bukannya dkritisi hingga jadi kaya terasi yang kayanya makin bau makin enak. dan tertawalah para koruptor sambil menikmati duit duniawi.

    BalasHapus
  2. setiap ada sesuatu yang menggebrak!,bakal ada tandingannya.
    yang diperlukan adalah apa preaksi dan pernyataan dari orang-orang yang namanya ditulis dalam kedua buku tersebut.
    semoga kebenaran akan muncul di waktu yang tepat

    BalasHapus
  3. ketoke bacol keju mocone. hahahahahahha (aku yo podo soale)

    -peace-

    BalasHapus
  4. @Pambem, njih pertamax mas. iya, sayang sekali sikap masyarakat ada yang tidak ambil pusing. sekalinya "mengurusi" malah makin bikin ruwet. oportunis yang sadar situasi.

    @Abib, sib Bib. next time kamu bikin buku aja Bib. pas event pengerdilan politik kampus. hehehe.. tapi aku yakin. masih banyak penulis yang berkualitas dan tak hanya menuruti selera pasar.

    @Ria n Gendon, hehehe.. thx yaa uda disempetin bacaa... moga bermanfaat :)

    BalasHapus
  5. hahhahaha,
    saya suka memang harus sperti ini...
    buku dilawan buku...
    bukan hanya debat kusir, itu fitnah-(yg dituduh fitnah)-marah sambil lempar buku-(yang nuduh fitnah)lapor polisi gara2 dilempar buku...
    malah kayak anak kecil lagi berantem...

    intelektualitas memang harus dibalas dengan intelektualitas, bukan dengan kekerasan atau debat tanpa bukti...

    okai.okai.

    salam owl-aul...

    BalasHapus
  6. yap saya setuju dengan jeng Owl. untung aja gda tragedi lempar lemparan bata. hehehe..
    kita adalah apa yang kita katakan. apa yang kita perbuat harus bisa dipertanggung jawabkan.

    smangad n smangka! ^-^

    BalasHapus