Kamis, 21 Januari 2010
Potret Keadilan Sekarang
Sabtu, 09 Januari 2010
Kesaksian yang Kontroversial
Susno membuat kegegeran dengan hadir dan bersaksi untuk meringankan terdakwa Antasari Azhar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Dalam kesaksiannya, Susno buka-bukaan soal BAP Williardi Wizar, dan kasus Antasari. Secara berani beliau mengungkap adanya tekanan dalam pembuatan BAP Williardi Wizar. Yang berbuntut Susno terganjal dugaan pelanggaran disiplin dan kode etik lantaran menjadi saksi bagi Antasari.
Memang serba salah. Kalau beliau tidak datang, nanti media malah memberitakan, “Kabareskrim mangkir”. Tentu tak enak didengar kan? Di media sudah dijelaskan kalau Susno sudah ijin dengan Kapolri. Lha ko malah masih masalah?
Padahal beliau sendiri mengaku menjadi saksi mewakili diri sendiri, Bersaksi atas apa yang diketahui. Dan semua terserah hakim mau menerima atau tidak. Tapi malah Susno disidangkan oleh Polri yang rencananya akan di akan dipimpin langsung Wakapolri Komjen Pol Yusuf Manggabarani atau Irwasum Irjen Nanan Soekarna.
Kasus Antasari memang mengaitkan banyak pihak dan kepentingan. Saling berkorelasi dengan berbagai kasus yang sedang banyak disorot. Banyak yang berusaha menutupi cahaya yang bisa memberi titik terang atas masalah ini. Semoga keadilan bisa segera mengungkap siapa siapa yang menjadi dalangnya. Bisa mengembalikan hak hak yang telah dicabut. Serta menghukum siapa yang seharusnya. Semoga keadilan di Indonesia bisa benar - benar melawan impunitas dan memberi kebenaran ideal secara moral dan etika. Tidak pada ceremonial saja.
Sumber Foto:
http://www.jakartapress.com/demo/news/images/9243/Kapolri-Tantang-Pengacara-KPK-Lapor-SBY.jpg
Kamis, 07 Januari 2010
Tahun Ini Tuna Wisma Gratis Berobat ^-^
Kesehatan merupakan Hak tiap warga negara, dan kejutan di awal tahun ini adalah pemerintah mengeluarkan statement menjamin kesehatan Gelandangan dan Orang kurang beruntung lainnya gratis untuk tahun 2010. Tentu suatu kabar yang membuat sumringah banyak pihak. Hal ini disampaikan oleh bu Menteri Kesehatan sendiri, Endang Rahayu saat ikut rapat terbatas bidang kesejahteraan bersama Presiden di Istana hari ini.
Demi terselenggaranya niatan baik yang merupakan implementasi dan pelaksanaan UU Sistem Jaminan Sosial Nasional, Departemen Kesehatan bekerja sama dengan Departemen Sosial. Fungsi DepSos disini adalah mendata dan memberi surat keterangan kepada para gelandangan untuk mendapatkan Jamkesmas pada RS negeri maupun swasta yang tergabung. Di Indonesia sendiri sudah 50,3 persen yang termasuk Jamkesmas, Askes, dan Jamsostek.
Hebatnya lagi, pemerintah meluncurkan program BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) yang targetnya 8500 Puskesmas di seluruh Indonesia. Pertahunnya Puskesmas mendapat bantuan 10 juta. dan dari 8500 itu 300 diantaranya dapat 100 juta perbulan selama 2010 ini! Puskesmas ini tersebar di 7 Kabupaten di 7 Regional, Jawa, Bali, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua. Tentu saja mengapa Puskesmas ini "spesial" ada program tersendiri. Bisa dibayangkan berapa bear anggarannya. Lebih dari itu, bu Menteri juga ingin tiap Puskesmas memiliki perencanaan sehingga tahu masalah di daerahnya dan mensinergikan dana BOK dengan anggaran lain termasuk Pemda.
Puskesmas sendiri fungsinya bukan cuma berobat, namun agar bisa tanggap persoalan kesehatan di wilayahnya. Terlebih Puskesmas juga membantu masyarakat di lingkungannya paham akan arti penting kesehatan. Menjaga diri sendiri dan orang terdekat demi masyarakat sehat.
Semoga bantuan ini bisa terlaksana dengan baik. Dan kita juga bisa membantu mengawasi realisasinya. Agar bantuan tepat sasaran dan efektif. Jangan sampai uang negara cuma habis buat memfasilitasi petingginya saja. Hehehe.. Semoga juga bisa ada pengembangan program pensejahteraan yang lain. Sukses Bu Menteri! ^^,
Rabu, 06 Januari 2010
Ini Nih.. Tandingannya Gurita Cikeas ^^
Walaupun penulisnya mengatakan buku ini bukan hasil serius karena dibuat hanya dalam dua hari, tapi isinya cukup kuat mematahkan berbagai argumen dari George di Gurita Cikeas. Saya dapat bocoran mengenai point penting dalam buku tandingan ini. Mulai dari logika George yang sim salabim. Kata orang Jawa “ujug-ujug”. Hihihi...
Coba kita cek...
Setiyardi menulis, darimana George tahu tentang uang simpanan Boedi Sampoerna dan Hartati Moerdaya di Bank Century? Tak jelas asal sumbernya. Dan seingat saya, Hartati Murdaya sudah mengklarifikasi tudingan atas dirinya yang disebut menyimpan dana Century.
Pada halaman 23
“Dwi Mingguan Explo dapat dijadikan indikator, sikap Partai Demokrat - dan barangkali juga, Ketua Dewan Pembinanya - terhadap Kebijakan Negara di Bidang ESDM. Misalnya, dalam pendirian pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN), yang nampaknya sangat dianjurkan oleh Redaksi Explo (c.q tulisan sdr. Noor Cholis ttg PLTN Muria)..."
Kata Setiyardi, tulisan ini jelas menggambarkan interpretasi sepihak dari penulis. Jika George bertindak cermat dalam menelaah referensi yang digunakan, tentu persepsinya tidak akan seperti itu.
Faktanya, tulisan Noor Cholis, alumnus Universitas Gajah Mada di Majalah Dwi Mingguan Explo merupakan paparan penelitiannya. Jadi tulisan itu bukanlah sikap dari Partai Demokrat. Apalagi jika dikaitkan sebagai sikap dari Presiden SBY, seperti yang tersirat dari interpretasi penulis. Sangat jauh panggang dari api.
Yang menarik adalah kritik Setiyardi terkait posisi Ibu Negara Ani Yudhoyono dalam promosi Batik Allure pada halaman 56-57, di mana George menulis:
“... Adanya potensi konflik kepentingan antara Ny Ani Yudhoyono sebagai pembina yayasan itu, dan perusahaan batik baru yang telah mengorbitkan anak dan cucunya sebagai ikon, belum banyak disorot orang...”
Di sini, Setiyardi menyindir tajam seniornya di Majalah Tempo itu dengan mencatat:
Pernyataan ini sepenuhnya merupakan spekulasi si penulis belaka. Tidak ada sumber referensi yang akurat sebagai pendukung pernyataan tersebut, karena itu harus dikesampingkan.
Publik tahu, Allure Batik memulai suksesnya berawal dari sebuah garasi di Kawasan Simpruk, Jakarta. Modal awalnya Rp100 juta. Untuk sukses, pengusaha harus punya komitmen dan pantang putus asa. Satu lagi yang terpenting, positive thinking. Begitu Ade Kartika, Wakil Direktur sekaligus co-owner Allure Batik bercerita. Sementara nama Allure dipilih langsung oleh Lisa Mihardja yang diambil dari bahasa Prancis.
(okezone.com)
Namun kesamaan dari kedua buku ini adalah sama-sama menggunakan data sekunder. Yaitu kliping media. Prolognya pun sama menggunakan kutipan. Jika Gurita Cikeas mengutip pidato Presiden SBY saat memberi penjelasan tentang ketegangan KPK dan Polri, buku Setiyardi mengutip pendapat Metro TV yang melansir pemberitaan tentang launching buku George di Yogyakarta yang dianggap mencari sensasi.
Selain karena kedua penulis merupakan mantan wartawan Tempo, saya rasa memang buku ini sama sama memanfaatkan situasi politik untuk sensasi dan popularitas buku. Jika Gurita Cikeas terbit karena mengejar event Century, buku ini keluar ya karena polemik Gurita Cikeas. Kedua buku ini seperti menggunakan jurus yang sama. Yaitu main kutip sana sini lalu membangun opini. Link untuk download buku ini menyusul yah? Masih saya cari. ^^,
Lebih dari itu semua, saya berharap dengan adanya buku yang menjadi referensi lain atas Gurita Cikeas ini mampu memberikan wawasan baru bagi masyarakat Indonesia dalam menyikapi lebih bijak kasus yang ada. In the right track also. ^-^